1.Populasi Dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan
pengamatan atau obyek yang menjadi perhatian sedangkan Sample adalah bagian
dari populasi yang menjadi perhatian.
Populasi dan sample masing-masing
mempunyai karakteristik yang dapat diukur atau dihitung. Karakteristik untuk
populasi disebut parameter dan untuk sample disebut statistik.
2. Probability/Random
Sampling.
Syarat pertama
yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau
membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang
dimaksud dengan kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap
elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa
data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang
benda.
a.Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau
teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan
bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana
analisisnya.
b.Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur
populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti
yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat
mengambil sampel dengan cara ini.
c.Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini
biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus.
Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana
setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A
: laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus,
setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau
heterogen.
d. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
1. Jika
peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat
pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat
digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara
sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang
“keberapa”.
2. Area
Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini
dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya
tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah
stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas
sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat
tepat. Prosedurnya :
Susun sampling frame yang
menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa
contoh:
Tentukan wilayah yang akan
dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
Tentukan berapa wilayah yang akan
dijadikan sampel penelitiannya.
Pilih beberapa wilayah untuk
dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
Kalau ternyata masih terlampau
banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke
dalam sub wilayah.
2.Nonprobability/Nonrandom
Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen
populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur
populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau
karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
a.Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan
kemudahan.
Istilah
convenience sampling sering disamamaknakan dengan incidental sampling dan
accidental sampling. Convenience artinya mudah atau kemudahan atau kenyamanan
(dalam arti tidak memberikan kesulitan atau kesusahan). Incidental artinya
tidak secara sengaja, secara kebetulan, atau sampingan (bukan yang pokok atau
utama). Accidental artinya (salah satu yang cocok dengan pengambilan sampel)
adalah tidak secara sengaja, atau secara kebetulan. Opportunistic artinya juga
secara kebetulan. Jadi, incidental, accidental, dan opportunistic mempunyai
makna yang sama.
Convenience sampling maksudnya
mengambil sampel yang sesuai dengan ketentuan atau persyaratan sampel dari
populasi tertentu yang paling mudah dijangkau atau didapatkan. Misalnya yang
terdekat dengan tempat peneliti berdomisili.
b.Purposive Sampling
Istilah
purposive sering diterjemahkan bertujuan, karena purpose artinya maksud atau
tujuan; jadi purposive sampling diartikan sebagai pengambilan sampel secara
bertujuan. Ini benar, tapi tidak betul. Beberapa definisi sering menyebutnya
sebagai pengambilan sampel “with purpose in mind” (dengan tujuan atau maksud
tertentu di hati). Tetapi tujuan tersebut tidak jelas (tujuan apa?). Itu
makanya disebut benar tapi tidak betul, karena tak jelas.
Sesuai dengan namanya, sampel
diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil
sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut
memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini
dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
c.Judgment Sampling
Sampel dipilih
berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk
dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi,
judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena
mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program
pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel
adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri
tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu
berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
d.Quota Sampling
Teknik sampel
ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak
dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
e. Snowball Sampling – Sampel
Bola Salju
Cara ini banyak
dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia
hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan
sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada
sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan
sample.
Materi dikerjakan oleh: NOLA SHAFA SALSABILLA
0 komentar:
Posting Komentar